Orang banyak
berbicara tentang universitas kelas dunia (a world class university), terutama
akhir-akhir ini, tetapi tidak banyak yang memberikan batasan jelas apa yang
disebut universitas kelas dunia. Dalam istilah ini terkandung keinginan untuk
meningkatkan keunggulan universitas dan sekaligus merupakan upaya promosi untuk
menarik minat masyarakat kepada universitas tertentu.
Ujung-ujungnya adalah prestise ilmiah dan dominasi dalam bidang kebudayaan dan peradaban.
Ujung-ujungnya adalah prestise ilmiah dan dominasi dalam bidang kebudayaan dan peradaban.
Sebenarnya
tidak ada kriteria baku untuk menilai apakah sebuah universitas termasuk kelas
dunia atau bukan. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh Shanghai Jiao Tong
University, dari 50 universitas terkenal dunia, 37 buah di antaranya berada di
Amerika Serikat, padahal di Eropah banyak universitas yang lebih tua dan juga
tidak kurang terkenal.
Menurut-Vice Chancellor, University of Cambridge, ada empat
faktor yang membuat sebuah universitas menempati posisi ini.[2] Pertama,
universitas kelas dunia harus mempunyai komitmen sebagai universitas paling
bagus di semua bidang ilmu pengetahuan. Dalam praktek memang sulit ditemukan universitas paling
bagus, tetapi paling tidak ia mempunyai ambisi ke arah itu. Jadi ada semacam
ketidakpuasan dengan keberhasilan yang sudah dicapai sehingga ada keinginan menjadi
lebih baik lagi.
Kedua, universitas kelas dunia harus terlibat dalam
penelitian termaju (cutting-edge research) dan dalam waktu yang sama
mendidik generasi mendatang sebagai mahasiswanya. Hal itu karena pendidikan dan
penelitian saling terkait. Para peneliti memberikan aspirasi dan sekaligus
membawa dampak terhadap mahasiswa. Selanjutnya, mahasiswa akan mendapat
aspirasi dan menantang dosen mereka dalam penelitian dan kemampuan ilmiah.
Termasuk juga dalam hal ini menjadikan universitas sebagai a research
university.
Ketika universitas kelas dunia harus membiarkan para
penelitinya bebas bereksperimen, baik berhasil maupun gagal, mereka harus mampu
membuat sukses besar dan juga kegagalan besar, karena kegagalan besar sering
menghasilkan pencapaian besar.
Keempat,
universitas kelas dunia mempunyai batas yang transparan yang memungkinkannya
bekerjasama dengan lembaga lain, baik universitas maupun non-universitas, dalam
atau luar negeri. Jadi, ia terbuka kepada dunia dan bertujuan untuk membangun
peradaban.
Sementara itu, Prof. Hendry M. Levin dari Columbia
University dan kawan-kawan yang membuat penelitian berjudul What Is A World Class University?,
menyimpulkan bahwa sebuah universitas kelas dunia memainkan tiga peran besar.
Pertama, ia mencetak mahasiswa berprestasi terbagus. Kedua, ia
mempunyai penelitian, pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan sangat
bagus. Ketiga, ia aktif bersaham dalam kehidupan budaya, ilmiah dan peradaban
masyarakat.
Menurutnya,
yang menjadi ciri utama adalah publikasi dan sitasi fakultas serta pengabdian
universitas dalam aktivitas penelitian. Termasuk juga dalam hal ini adalah
kebebasan akademik, fasilitas, pendanaan, keragaman fakultas, mahasiswa, bidang
studi dan pemilihan mahasiswa berbakat, kualitas pengajaran dan hubungan ke
masyarakat.[3]
Universitas Islam Kelas Dunia
Dari
penelitian kedua orang di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah universitas kelas
dunia adalah sebuah universitas the best dalam segala bidang yang
menjadi tujuan berdirinya pendidikan tinggi. Dengan demikian, kriteria ini juga
dapat dipakai untuk menilai sebuah universitas Islam. Perbedaannya adalah dari
segi tujuan dan misinya. Universitas biasa mempunyai tujuan dan misi sekular,
yang memisahkan antara dunia dan akhirat, antara dunia dan agama.
Sebuah
universitas Islam bukanlah dengan sebuah misi ilmiah sekular belaka, tetapi
bertujuan ibadah dalam rangka menyembah Allah s.w.t. dan menjabarkan perintah Iqra’
(ayat pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w.), yaitu membaca
dunia atas nama Allah (bismi rabbik).
Dengan demikian, istilah Islamic
Studies (ad-Dirasat al-Islamiyyah) mempunyai dua pengertian yang berbeda.
Istilah ini relatif muda, lahir dari khazanah kajian Islam yang dikembangkan
oleh universitas Barat dan bukan dari tradisi pendidikan Islam. Fokus kajian
biasanya pada bahasa Arab, tafsir, Hadits, fiqh, sejarah Islam dan sebangsanya
yang menjadi kajian di fakultas-fakultas tradisional dunia Islam seperti
Ushuluddin, Syariah dan Bahasa Arab. Pengertian kedua Islamic Studies
adalah kajian ilmiah semua bidang ilmu pengetahuan dari sudut pandangan Islam. Islamic
Studies dalam pengertian kedua ini dikembangkan melalui sebuah Universitas
Islam dengan semua cabang ilmu pengetahuan yang pernah dan ingin dikembangkan oleh
sebuah universitas modern. Versi kedua ini sudah mulai dibangun
oleh International Islamic University (IIU) di Malaysia dan Pakistan,
Universitas al-Azhar di Mesir dan Universitas Aligarh di India. Indonesia juga
sudah berusaha merintisnya dengan merevisi IAIN menjadi UIN seperti UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sebenarnya
beberapa universitas Islam di atas tidak mempunyai satu tipe, tetapi semuanya
mempunyai keinginan yang sama untuk mengembangkan kajian Islam kepada semua
disiplin ilmu. IIU di Malaysia dan Pakistan termasuk satu tipe dan dari
namanya, yaitu Universitas Islam Internasional atau Antara Bangsa, sudah
terlihat keinginan untuk menjadi universitas kelas dunia dan juga dari
publikasi-publikasi yang mereka buat. Pembangunannya didasarkan pada apa yang
disebut Islamization of Knowledge (aslamat al-ma’rifah) yang pernah dicetuskan oleh Prof. Raji al
Faruqi c.s.
Universitas
al-Azhar juga merupakan tipe tersendiri. Universitas tertua di dunia ini
berubah menjadi universitas dalam pengertian modern setelah pembaharuan tahun
1961 dengan menambahkan fakultas-fakultas baru seperti kedokteran, farmasi,
teknik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain kepada fakultas ushuluddin, syariah
dan bahasa Arab yang sudah ada. Ini mirip dengan perkembangan IAIN menjadi UIN
yang terjadi akhir-akhir ini. Bagaimanapun, al-Azhar dan UIN sebenarnya
mempunyai tipe yang berbeda. Sementara itu, Universitas Aligarh terutama
terkait dengan gagasan Ahmad Khan dan kawan-kawan yang pada mulanya
kontroversial, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mendapat penerimaan di
dunia Islam. Bagaimanapun, Aligarh juga merupakan tipe tersendiri.
What Next?
Ide universitas kelas dunia bukan suatu yang baru dalam
sejarah Islam. Universitas Islam di masa lalu seperti di Baghdad,
Cairo, Cordova, Sevilla dan lain-lain pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan
dunia di masanya. Islam itu sendiri bersifat universal dan mendunia sebagai
rahmat bagi seluruh dunia, Karena itu sudah sewajarnya universitas di dunia
Islam menjadi world class university.
Segi lain
pengembangan universitas Islam menjadi universitas kelas dunia adalah tabiat
bahasa Arab sebagai lingua franca
ummat Islam. Secara sejarah, bahasa Arab tidak hanya bahasa agama tetapi juga
bahasa Universitas Islam di masa lalu. Bahkan di AndalusÃa di Eropah, bahasa
Arab digunakan sebagai bahasa pengantar, penulisan, penelitian dan penyebaran
ilmu pengetahuan. Untuk menjadi universitas kelas dunia, universitas Islam
tidak hanya menggunakan bahasa nasional tetapi juga bahasa Arab sebagai bahasa
universitas. Ini tentu saja di samping bahasa Inggeris sebagai bahasa
internasional dan bahasa internasional yang lain. Bila universitas Islam di
Indonesia hanya menggunakan bahasa lokal, maka tidak mungkin diharapkan ia akan
menjadi universitas Islam kelas dunia.
[1][1]Disampaikan dalam “Seminar Menuju
Internasionalisasi Program Studi Islam”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 20 Sesember
2008.
[3][3]
Hendry M. Levin, et.all., What Is A World
Class University?
Presentation at the 2006 Conference of the Comparative & International
Education Society, Honolulu,
Hawai, March 6, 2006,
pp. 2-3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar